Friend or Enemy ? Ditelantarkan di Tempat Asing

Sabtu, Tanggal 19 Februari 2011 adalah hari yang paling buruk dalam hidupku. Bagaimana tidak, seorang teman sekaligus sepupuku melakukan hal yang tidak sepantasnya dilakukan pada seorang sepupunya. Tapi dia melakukan itu semua layaknya pada musuh besarnya. Begini ceritanya.
 
Hari itu aku agak terlambat pulang ke rumah karena sedang meliput acara POPA di GBI Banjar. Dengan keringat yang masih menempel di seragam sekolahku, aku bergegas untuk mandi dan melakukan hal yang biasa ku lakukan saat malam minggu, yaitu nonton film di Laptop kesayanganku. Laptop dinyalakan, earphone dipasang, film pun aku putar.

Saat sedang seru-serunya nonton, tiba-tiba dua temanku bernama Opa dan Aup mnegajaku untuk menonton acara parade band di alun-alun Langensari. Setelah diiming-imingi keramaian acara tersebut, aku akhirnya berangkat bersama mereka tanpa izin dulu pada orang tua. Lokasi Parade Band memang jauh dari rumah, yaitu sekitar 10 km.

Perjalanan dimulai, dengan menggunakan motor Opa, kami bertiga pergi menuju tempat Parade Band. Hubunganku dengan Opa pada saat itu memang sedang buruk. Siapapun yang mengenal sifat aslinya pasti tidak akan mau berteman denganya. Aku dan Aup juga hanya berniat untuk memanfaatkan motornya saja. Singkat cerita, aku sempat kesasar karena sifat egois dan pemalunya si Opa, tapi pada akhirnya kita sampai di tujuan.

Aku dan Aup mulai memisahkan diri dari Opa untuk melihat acara dari tempat yang berbeda. Terlebih lagi, dia juga datang ke acara karena sudah ada janji dengan temanya. Acara yang katanya sangat ramai ini ternyata sepi pengunjung sehingga aku dan Aup memutuskan untuk mengajak Opa pulang.

Tidak ada respon sedikitpun dari Opa. Dia hanya bilang ingin menonton acara ini sebentar lagi. Ya apa boleh buat, Aku dan Aup terpaksa harus menonton acara memboringkan tersebut. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Opa untuk kabur dan pulang sendiri tanpa mengajak aku dan Aup.

Kaget, itulah yang aku rasakan saat menoleh ke arah Opa. Dia sudah tidak ada di tempat acara. Aku carai-cari dia, tapi percuma, dia ternyata sudah pulang duluan. Aku ditinggalkan di tempat yang samma sekali asing bagiku. Terlebih lagi, aku tidak memiliki teman di daerah tersebut. Malam terus berlarut. Orang-orang mulai berpergian satu persatu. Tidak mungkin ada yang memberikan tumpangan, bahkan polisi pun enggan membantuku dan malah menyuruh untuk mencari ojek. Padahal aku sudah berkali-kali bilang pada Polisi tersebut kejadian sebenanrnya dan aku sama sekali tidak membawa uang. Polisi itu malah tiduran sambil menonton TV di Pos Polisi berACnya itu. Dia tidak sedikitpun peduli denganku.

Tidak ada pilihan lain. Aku dan Aup memutuskan untuk berjalan menuju rumah menelusuri jalan yang hening di tengah gelapnya malam dan di dalam teror begal (perampok jalan) sambil mencari seseorang yang berbaik hati untuk memberikan tumpangan. Ditengah perjalanan menyeramkan itu, ibuku menelpon karena sudah larut malam aku tidak pulang. AKu dan AUp kemudian menceritakan semuanya yang terjadi. Dan singkat cerita, ibuku mengirim ojek untuk menjemputku dan ketika sampai di rumah, aku dimarahin habis-habisan sama ibuku.

Setelah membaca pengalaman tragisku tadi, aku punya pesan buat kalian yaitu hormati dan jujurlah pada orang tua. Aku berpikir bahwa hal tragis yang menimpaku ini mungkin adalah akibat dari kebohonganku pada orang tuaku.

0 komentar:

Posting Komentar