Cerpen




Senja Itu Bersama Pak Uban

Pak Uban. Begitulah aku menyapanya. Sosok bapak tua yang bersahaja dan berwibawa. Rambut putihnya tidak memutihkan semangatnya. Semangatnya mampu mengalahkan usia senjanya. Siapa yang tidak mengenal sosoknya, karena wajah ramahnya selalu membuat para mahasiswa bertanya bila tak melihatnya sehari di kampus.
Pak Uban, Bercerita tentang dirinya, berarti telah bercerita tentang sebuah episode kehidupan yang tak akan pudar. Beliau memang tidak mengajari sebuah ilmu yang luar biasa. Akan tetapi beliau mengajarkan, bagaimana memanfaatkan ilmu yang biasa, menjadi sangat luar biasa.
Siang itu, aku menghukum diriku di bawah terik matahari. Nilai ujian ku tidak mencapai target. Usahaku yang maksimal tidak membuahkan hasil sama sekali. Sedih. Seharusnya seperti itu. Namun sesuai perjanjian dengan diriku semalam, jika tidak mencapai target, aku harus menjemur diriku diterik matahari. Aku pun duduk berjemur di tengah lapangan belakang kampus. Tanganku tidak henti-hentinya mencabuti rumput-rumput disekitarku, sebagai pelampiasan.  Kesal. Tidak terasa, air mataku pun tumpah.
Pada saat itulah, pak Uban datang dengan khas cangkul ditangan kanannya, duduk disebelahku. Merangkul pundakku, kemudian tersenyum. Untungnya aku segera menghapus air mata. Tak lama kemudian, Pak Uban mengajakku duduk di pendopok taman.
Pendopok itu begitu sejuk, ditambah lagi suguhan air dari teko tanah liat. Pendopok itu tidak terlalu besar, mungkin hanya muat untuk lima orang. Atap dan alasnya terbuat dari rotan-rotan, menciptakan sebuah suasana baru bagiku. Letak pendopok itu agak jauh dibelakang gedung kampus. Jika melihat ke belakang dinding Pendopok,akan terlihat seperti halte dimana biasanya aku menunggu bis umum sepulang kuliah.
Tak jauh dari sana , pak uban sedang asik dengan cangkul, pupuk, dan sebuah pohon kecil yang baru beliau tanam. Aku pun segera menghampirinya
“ Baru ditanam ya Pak…” sapaku ramah
Pak Uban tersenyum melihatku, “sudah baikan nak…” tangannya masih sibuk dengan tanaman barunya. Aku hanya membalasnya dengan senyuman.
“ dua minggu yang lalu pohon ini bapak tanam.. jadi masih perlu perawatan khusus..” katanya  sambil menyebarkan pupuk, aku  pun membantunya
“ Bapak punya hobi berkebun ya pak ?” tanyaku sekedar ingin tau
“ hobi…..?? “ alisnya mengernyit, berfikir. “semoga bukan sekedar hobi”  pandangan ramahnya menatap  mataku.
“ ngomong-ngomong…. Bapak bukan tukang kebun kampus ini kan …?’
Pak uban terkekeh mendengar pertanyaan ku
“Memang kenapa Nak?” Tanyanya
“Saya cuma heran Pak. Bapak tidak berseragam seperti tukang kebun lainnya. Tapi kok bapak selalu merawat tanaman, tak jarang juga saya melihat bapak menanam pohon baru di kampus ini”
Pal Uban semakin terbahak dengan penjelasanku.
“Saya salah pak? ” tanyaku ragu
Kini pak uban terbatuk-batuk menahan tawa, kami pun beranjak dan  duduk di tepi pendopok. Tidak lama kemudian. Cerita dari bibirnya  mengalir.
“ Pohon tadi adalah pohon yang ke-43 yang pernah Bapak tanam nak.” matanya menerawang, Menembus pohon kecil yang baru ia pupuki tadi
“Dulu, waktu bapak masih seusia kamu, kira-kira 40 tahun yang lalu, Bapak memang mempunyai hobi berkebun. Maklum, di kampung Bapa, daerah Malang sana , setiap rumah pasti memilki kebun apel. Sampai akhirnya ketika pindah ke Jakarta , ditambah lagi karena desakan polusi dan udara panas di Jakarta , akhirnya Bapak meneruskan hobi tersebut. Pertama kali, Bapak minta izin pada ketua RT, untuk menanam pohon di perempatan jalan. Beliau setuju. Bapak pun terus merawat pohon tersebut. Tak terasa lima tahun berlalu, pohon tersebut menjadi besar dan rindang. Banyak sekali orang yang berteduh dibawahnya. Mulai dari anak jalanan, tukang-tukang dagangan, sampai mahasiswa dan orang-orang pulang kerja. Sejak itulah Bapak senang sekali, karena pohon yang bapak tanam bermanfaat untuk banyak orang. Bahkan bukan hanya manusia yang bisa menggunakan rindang pohon tersebut, tapi juga ketika bapak perhatikan, ada burung yang membuat sarangnya di atas pohon itu, serta capung dan kupu-kupu yang bermain-main….”
“ sejak itulah nak… setiap tahun berganti, bapak selalu menyempatkan menanam sebuah pohon ditempat-tempat strategis yang sering dilewati orang”
“ lho.. kenapa harus ketika tahun berganti Pak…?” tanyaku curiga
“ Kenapa ketika tahun berganti ya…??? Entahlah… bapak juga bingung Nak…” matanya menyipit sambil tersenyum.. “mungkin… sebagai salah satu wujud syukur bapak juga kepada Allah yang masih memberikan bapak usia…”
Syukur ? kata tersebut hampir tidak ada di kepalaku. Bahkan aku pun bingung apa yang harus disyukuri. Sampai tahun berganti hari ini, aku belum pandai bersyukur atas apa yang aku miliki.
“ lalu setelah bapak menanam… apa yang bapak lakukan? “ tanyaku lanjut
“ setiap tahun berganti.. setiap pohon baru Bapak tanam.. maka setiap itu pula tercipta semua harapan dan cita-cita baru…yang selalu tertulis dalam buku ini….” Pak Uban mengeluarkan sebuah buku saku usang dari kantong bajunya. Kemudian memperlihatkan tulisan terakhir yang baru kemarin ia tulis…
            “ apa yang akan saya lakukan di usia senja ini…..”
Dibawahnya pun tertulis berderet rencana setahun kedepan. Salah satu yang tertulis disana adalah berkumpul dengan cucu. Beliau juga menceritakan alasan kenapa ingin sekali berkmpul dengan cucu-cucunya di Malang .
“ bagaimana dengan pohon-pohon sebelumnya yang pernah ditanam Pak ? dilupakan begitu saja ? “ kataku mengalihkan pembicaraan..
“ oh… ya ngga dong Nak,, “ pak Uban tersenyum, dan  mengacak-ngacak rambutku.
“ justru.. pohon-pohon tersebutlah sebagai tempat bapak mengevaluasi diri nantinya. Setiap tahun berganti, maka Bapak pasti akan ke pohon–pohon tersebut. Mengevaluasi diri. Apa yang sudah bapak lakukan tahun-tahun kemarin ?  setiap pohon… ada pelajaran dan hikmah yang selalu mengingatkan Bapak…” katanya tersenyum.
Merencanakan hidup… Mengevaluasi diri…. aku hampir tidak pernah melakukan hal tersebut sama sekali. Bahkan memasuki tahun 2007 ini pun, semua seperti hari-hari lainnya. Mengalir begitu saja. Lebih tepatnya hampir sia-sia. Hufh.. betapa malunya aku jika seandaninya Pak Uban tau kodisiku sebenarnya.
“kamu lihat pohon besar di ujung sana Nak…” Pak Uban menunjuk sebuah Pohon disamping kafe, “ itu Bapak tanam sekitar sepuluh tahun yang lalu… ketika pertama kali Bapak tinggal di kampus ini”. Ya,  Pohon itu adalah tempat mahasiswa biasanya pada nge-riung untuk makan, atau sekedar ngadem di bawahnya.
“kemudian lihat pohon disana, terus yang itu… sebelahnya lagi…” Pak Uban terus bercerita tentang hobinya itu, dan kebahagiaan yang ia dapatkan ketika bisa memberikan manfaat kepada orang lain.
“ Nah… sekarang gantian kamu yang bercerita Nak,,  Bapak siap mendengarkannya”
“ Kamu ada masalah nak.. barang kali Bapak bisa membantu…” aku menggeleng, tersenyum. Dan terdiam agak lama.
Matahari senja mulai menyapa, semilir angin ramah menyentuh wajah. Sungguh ini adalah  suasana yang seharusnya bisa menyejukkan hati, namun ujian pagi tadi, ternyata masih memenuhi pikiran ini.
“ Pak.. “ aku angkat bicara. “ apa bapak pernah menanam sebuah pohon dan merawatnya, tetapi ternyata pohon itu tidak membuahkan hasil…anggaplah  pohon itu ternyata mati.”
Pak Uban manggut-manggut dan tersenyum.
“ pasti pernah nak.. semua orang pasti pernah merasakan kegagalan…memang kenapa ?”
Aku terdiam agak lama, menunduk, dan menarik nafas panjang..
“ saya gagal Pak.. saya gagal ujian hari ini. Padahal ini adalah UAS. Seminggu kemarin saya sudah mengerahkan semua waktu dan energi saya, tapi ternyata pagi tadi… siapa sangka soalnya akan seperti itu. Entah kenapa… saya blank ga bisa mengisi apa-apa…” suaraku tersekat.. hampir menangis.
“ itulah sebabnya mengapa saya menjemur diri ini siang tadi. Saya benci Pak.. saya benci dengan diri saya yang teramat bodoh… !” pandanganku menunduk, tangan ini terkepal begitu kuat, dan tanpa terasa.. sebutir air mata jatuh tepat diatas pahaku.
 “saya…..putus asa Pak….”  lanjutku melemah…
“ Nak.. “ tangan Pak Uban merangkul pundakku, matanya seakan mencari tau tentang diriku
“ kamu yakin sudah sangat giat belajar saat itu…?” aku mengangguk yakin. Kemudian tertunduk kembali.
 “ baiklah, bagus kalau begitu…karena esensi dari sebuah kemenangan itu.. bukan terletak pada hasilnya.. tapi pada prosesnya. Allah tau dan melihat bagaimana usaha kamu kemarin, ga usah khawatir,,,,” pak Uban memukul-mukul pundakku.
“ kegagalan merupakan niscaya dalam kehidupan ini. Coba sekali-kali kamu tanyakan pada orang sukses, kenapa mereka bisa sukses… itu karena mereka selalu bangkit dari kegagalan…Adakah orang sukses yang belum pernah gagal? “
“ karena ibaratnya seperti bola, agar bisa terlempar tinggi, maka harus dihantamkan sekuat mungkin ke bumi, iya kan …” aku mengangguk lemah, membenarkan.
“ karena itu Nak.. anggaplah kegagalan kamu hari ini adalah sebuah hantaman yang akan mengajakmu mencapai puncak nantinya.. maka janganlah lari dari semua ini…karena berarti kamu telah lari dari kesuksesan nanti…” tatapan mata pak Uban seakan meyakinkanku
“ kamu tau Nak… jika bapak mengikuti kata putus asa.. mungkin pohon di samping kafe itu tidak akan sebesar sekarang ini….dimana semua mahasiswa senang belajar dibawah rimbunnya..”
“ itu tandanya.. untuk hal yang sederhana pun -hanya untuk menanam sebuah pohon- butuh usaha dan kesabaran…”
“ apalagi untuk sebuah cita-cita besar seperti kamu Nak…”
“ semua butuh proses… maka janganlah pernah berhenti …”
karena kamu tidak akan pernah melihat masa depan..jika kamu tidak menanam hari ini…”
Aku menatap dalam mata Pak Uban.. semangat dan harapan ada didalamnya.Pak Uban mengangguk, meyakinkanku, aku tersenyum, seketika itu Pak Uban langsung mengacak rambut dan  menjabat tanganku erat… sebuah jabatan yang membuatku rindu dengan ayah di kampung sana ….
                                                            ***
“Pak yang sudah selesai bagaimana? “ suara Silvy, mahasiswa paling cerewet di kelas mengaburkan lamunanku.
 “ oh ya, waktunya sudah habis ya.. kuis hari ini selesai. Silahkan dikumpulkan”.
Setelah semua mahasiswa mengumpulkan lembar kuis, mereka merapihkan meja lipat dan barang-barangnya. Beberapa mahasiswa lelaki mengambil tasnya yang di gantungkan di ranting-ranting pohon. Sementara Sinta, mahasiswa paling rajin dikelas, sibuk memunguti sampah-sampah kertas di sekitar pohon.
“sebelum ditutup ada yang mau ditanyakan? “ tanyaku sebelum menutup kuliah hari itu.
“ Saya Pak, tapi ga berkaitan dengan mata kuliah…” kata Silvy dengan antusias.
“ yah..ngga apa-apa.. yang penting pertanyaannya tidak macam-macam..”
“ mmm…… kenapa siy… Bapak suka ngajakin kita untuk kuliah di bawah pohon rindang seperti hari ini….” Tanya silvy dengan nada centil. Sementara mahasiswa lain gaduh menyorakinya.
Aku tersenyum. Pertanyaan yang bagus menurutku. Meskipun seratus kali pertanyaan tersebut terlontar, bibir ini tidak akan pernah lelah bercerita. Sebuah kisah yang telah mengantarkan ku  menjadi dosen seperti sekarang ini. Satu panen yang pernah ku tanam di masa lalu.

Peterpan


Peterpan
Peterpan
Logo Peterpan
Latar belakang
Lahir 1 September 2000
Bendera Indonesia Bandung, Indonesia
Jenis Musik Alternative Rock, Pop rock
Tahun aktif 1997 - sekarang
Perusahaan rekaman Musica Studios
Situs resmi www.newpeterpanband.com
Anggota
Ariel - Vokal/ Gitar
Ukie - Gitar
Reza - Drum
Loekman - Gitar
Mantan Anggota
Andika - Kibor
Indra - Bass
Peterpan adalah sebuah band dari Bandung, Indonesia. Band ini dibentuk pada tahun 1997 dan terkenal berkat lagu-lagunya "Ada Apa Denganmu", "Topeng", dan "Kukatakan Dengan Indah". Pada awalnya kelompok Peterpan terdiri dari Ariel, Uki, Loekman, Reza, Andika, dan Indra. Namun di bulan November 2006, dua anggotanya, Andika dan Indra dipecat dari grup musik tersebut. Perpecahan ini dipicu adanya perbedaan prinsip kreativitas.

 Perjalanan karier

Awal terbentuk


Personil Peterpan saat masih lengkap (sebelum Indra dan Andika keluar).
Pada tahun 1997, Andhika (kibor) membentuk band Topi dengan mengajak adik kelasnya di SMU 2 Bandung, Uki (gitar), serta teman mainnya, Abel (bas) dan Ari (drum). Uki pun mengajak teman SMP-nya Ariel yang mengisi posisi vokal. Dengan formasi seperti itulah, mereka mulai manggung dan memainkan musik beraliran Brits alternatif. Kemudian Ari mengundurkan diri dan Topi pun bubar tanpa sebab yang pasti.
Andika mengumpulkan kembali personel Topi di tahun 2000. Namun kali ini, posisi drum dipegang oleh Reza. Untuk memberi warna musik yang lebih dewasa dan lebih kaya melody, maka diajaklah Loekman, teman kakak Indra, yang akhirnya jadi lead guitar (gitar utama). Setelah terbentuk dengan formasi enam orang, mereka pun mengambil nama peterpan. Tanggal 1 September 2000 secara resmi peterpan terbentuk.
Perjalanan profesional peterpan dimulai tahun 2001 dengan merambah dari café ke café di Bandung. Mereka bermain di café O'Hara dan Sapu Lidi dengan membawakan lagu-lagu top 40, serta alternative rock seperti Nirvana, Pearl Jam, Cold play, U2, Creed, dll. Saat di café Sapu Lidi-lah potensi mereka terlihat oleh Kang Noey (basis Java Jive) yang sedang mencari band untuk mengisi album kompilasi. Dari tiga lagu yang dikirim untuk demo, "Sahabat", "Mimpi Yang Sempurna", dan "Taman Langit", terpilih lagu "Mimpi Yang Sempurna" untuk dimasukan ke album kompilasi Kisah 2002 Malam yang dirilis Juli 2002. Tak disangka lagu tersebut menjadi jagoan album ini dan mendongkrak penjualan sampai di atas 150.000 kopi.

 

Taman Langit

Perusahaan rekaman Musica Studios pun tak melewatkan potensi peterpan. Musica mempercepat pengajuan kontrak untuk debut album peterpan. Akhirnya debut album peterpan bertajuk Taman Langit dirilis bulan Juni 2003. Tak disangka, album itu mampu terjual di atas angka 650.000 kopi. Atas prestasi tersebut, mereka menerima Multi Platinum untuk album Taman Langit.[1]
Tak hanya jumlah penjualan, peterpan juga sukses mencetak rekor konser maraton di enam provinsi dalam tempo 24 jam pada tanggal 18 Juli 2004. Konser bertajuk "LA Lights Peterpan 24 Jam Breaking Record" itu dimulai di Medan, Sumatra Utara sekitar pukul 07.55 sampai 08.40 WIB. Dari sana, mereka lalu melanjutkan di Padang, Sumatra Barat sekitar pukul 10.45 hingga 11.30 WIB. Pada jam 12.55 hingga 13.40 WIB, Peterpan konser di Pekanbaru, Riau, terus Lampung pada jam 16.25 sampai 17.10 WIB. Ariel lantas membuka konser di Semarang, Jawa Tengah, sekitar pukul 19.45 dan berakhir pada 20.30 WIB. Konser Peterpan ditutup di Surabaya sekitar pukul 22.15 sampai 23.00 WIB. Atas prestasinya ini, mereka berhak dicatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI).[2]

 

Bintang di Surga

Pada Agustus 2004, Peterpan merilis album ke-2 bertajuk Bintang di Surga. Album itu telah terjual 350.000 kopi dalam waktu 2 minggu setelah rilis dan pada awal Januari 2005 telah mencapai 1,7 juta kopi.[3] Pada Februari 2005, penjualan album ini mencapai 2 juta kopi.[4] Dan menurut catatan, album ini mampu terjual sebanyak 3 juta kopi.[5]
Di awal tahun 2005, Peterpan meraih penghargaan sebagai artis favorit Indonesia di MTV Asia Aid pada tanggal 9 Februari 2005 di Bangkok.[6][7] Dalam Anugerah Musik Indonesia (AMI) 2005, Peterpan menempati urutan teratas nominasi dengan memperoleh 11 nominasi. Empat di antaranya dicetak lewat lagu "Ada Apa Denganmu".[8] Dari 11 nominasi itu, Peterpan mendapat 7 penghargaan, antara lain untuk "band terbaik", "album terbaik", "grafis desain album terbaik" dan "karya produksi terbaik", karena album Bintang di Surga.[9] Pada ajang SCTV Music Awards 2005, Peterpan mendapat penghargaan di kategori "Album Pop Group Ngetop"' dan "Lagu Paling Ngetop".
Pada tahun 2005, Peterpan kembali merilis 2 album yaitu : VCD Untuk Sahabat Peterpan yang berisi Orginal VCD Karaoke termasuk video klip serta dokumentasi saat mereka melakukan pemecahan rekor konser selama 24 jam di 6 kota.[10],dan album jalur suara film Alexandria.[11]

Perpecahan

Pada tanggal 4 November 2006, Andika dan Indra, resmi keluar dari anggota band. Kedua mantan personel ini pada akhirnya membentuk kelompok lainnya yang diberi nama The Titans.
Pasca keluarnya Andika dan Indra, posisi mereka ditempati oleh dua pemusik tambahan, yaitu Lucky dan David. Dengan formasi tambahan ini, Peterpan merilis, Hari yang Cerah. Acara launching album ini juga dibuat lain karena dilakukan di dua negara. Di RUUMS Kuala Lumpur pada 25 Mei 2007 setelah itu di Bandung di Monumen Pahlawan Gazebo dan disiarkan secara live di 6 stasiun televisi.[12]
Album ini diklaim sebagai album terakhir mereka dengan nama "Peterpan". Ariel mengklaim bahwa pada akhirnya mereka akan melepaskan nama Peterpan dan menggunakan nama lainnya.[13]
Meski tanpa foramsi utuh seperti dulu, peterpan masih mampu memperlihatkan 'taring'nya. Di bulan September 2007, mereka mendapat kehormatan untuk mengikuti acara "Song Festival" di Korea Selatan.[14] Sebelumnnya, peterpan juga masih mampu mengantongi penghargaan sebagai Best Favorite Artis Indonesia MTV Asia Award 2006 dan Album Pop Group Ngetop SCTV Music Award 2006.

 

Trivia

Kerusuhan di konser

Sama seperti grup band tenar lain di Indonesia, konser peterpan pun tak lepas dari masalah. Pada tahun 2006, saat konser di stadion Harapan Bangsa Lhongraya Kota Banda Aceh tanggal 22 Februari 2006, sedikitnya 30 orang penonton pingsan, terbanyak diantaranya adalah remaja putri. Tak hanya itu, konser ini pun dinilai melanggar undang-undang Syariat Islam yang telah diberlakukan secara kaffah (menyeluruh) di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) karena bercampurnya penonton pria dan wanita di dalam lapangan pertunjukan.[16]
Akibat kerusuhan saat konser bukan hanya menimpa penonton, tapi juga anggota band yang tampil. Hal ini terjadi saat peterpan konser di Stadion Bima Cirebon, 11 April 2006. Hujan batu dilemparkan para penonton tak berkarcis di luar Stadion, akibatnya tak hanya belasan penonton dilarikan ke berbagai rumah sakit akibat lemparan batu, tapi juga sang vokalis, Ariel, yang tak luput dari hujan batu tersebut. Ariel terkena lemparan di bagian dada sehingga langsung diamankan ke luar Stadion. Akibat peristiwa itu konser menjadi terhenti di saat peterpan membawakan lagu kelimanya "Mungkin Nanti" sekitar pukul 20.30 WIB.[17]


Diskografi


Album studio

Album lainnya

 Video Klip

Penghargaan

Tahun 2002

  • Rookie of the Year 2002 versi Majalah Hai

Tahun 2004

  • Grup Pendatang Baru Ter-Ngetop SCTV Music Award
  • Rekor MURI – Konser Maraton 6 Kota 24 Jam - 18 Juli 2004

Tahun 2005

  • Best Favorite - Artis Indonesia MTV Asia Award - Februari 2005
  • Album Pop Group Ngetop SCTV Music Award - Mei 2005
  • Lagu Paling Ngetop, SCTV Music Award - Mei 2005
  • Band Paling Ngetop di SCTV Award - Agustus 2005
  • Penjualan Album Terbaik Sepanjang Tahun, MTV Music Award – September 2005
  • Grafis desain album terbaik Bintang di Surga AMI Awards 2005 - November 2005

[sunting] Tahun 2006

  • Best Favorite - Artis Indonesia MTV Asia Award - April 2006
  • Album Pop Group Ngetop SCTV Music Award - Mei 2006
  • Video of The Year: Bintang di Surga, MTV Indonesia Award(Peterpan)

Tahun 2007

  • Best Contribution Award, from Korea

Tahun 2009

  • Video Klip TerDahsyat "Walau Habis Terang", Dahsyatnya Award - April 2009
  • Band TerDahsyat, Dahsyatnya Award - April 2009
  • Lagu Terbaik versi majalah Rolling Stone dengan lagu "Kukatakan Dengan Indah"
  • Band Terfavorit, Indonesia Kids Choice Awards
  • Peterpan "Most Inspiring Artist", MTV Indonesia 25 November 2009

Tahun 2010

  • Ariel Peterpan, Penyanyi Terbaik versi Rolling Stone

Tahun 2011

  • Ariel Peterpan, "The Talk Of The Nation", versi Rolling Stone
 KATA - KATA MUTIARA


Saat bertemu teman yang dapat dipercaya, rukunlah bersamanya.
Karena seumur hidup manusia, teman sejati (sahabat) tak mudah ditemukan.


Saat bertemu penolongmU
Ingat untuk berterima kasih padanya.                                                                   
Karena ialah yang membantu mengubah hidupmu 


Saat bertemu orang yang pernah kau cintai,
Tersenyumlah dengan wajar .
Karena ia lah orang yang membuatmu lebih mengerti tentang cinta


Saat bertemu orang yang pernah kau benci,
Sapalah dengan tersenyum.
Karena ia membuatmu semakin teguh / kuat.


Saat bertemu orang yang pernah mengkhianatimu, Baik-baiklah berbincanglah dengannya.
Karena jika bukan karena dia, hari ini engkau tak memahami dunia ini.


Saat bertemu orang yang tergesa-gesa meninggalkanmu,
Berterima-kasihlah bahwa ia pernah ada dalam hidupmu.
Karena ia adalah bagian dari nostalgiamu


Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu,
Gunakan saat tersebut untuk menjelaskannaya.
Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan